sábado, 24 de janeiro de 2009

As irmãs Missionárias Servas do Espírito Santo em Timor Leste

Neste momento as irmãs missionárias Servas do Espírito Santo Região Timor Leste tem 10 irmãs novisas, 16 postulantes e 7 aspirantes.
Graças a Deus!

Missa Acção de Graça em Timor Leste

sexta-feira, 9 de janeiro de 2009

Renungan dari Pater Tarsis Sigho mengenai pesta Pembaptisan Yesus

Hari Minggu tanggal 11 Januari 2009 adalah hari raya pembaptisan
Tuhan. Saya merasa sangat yakin bahwa kita semua sudah mendengar
kisah tentang pembaptisan Yesus. Kita semua tahu bahwa Yesus dibaptis
oleh Yohanes Pembaptist. Kita juga tahu apa yang terjadi di sungai
Yordan saat Yesus dibaptis. Ketika Yesus keluar dari dalam air,
langit terbuka dan Roh Kudus dalam rupa burung merpati turun ke atas
Yesus. Ketiga injil sinoptik (Matteus, Markus dan Lukas) menulis
bahwa ada suara dari langit yang menyatakan bahwa Yesus adalah Putera
yang dikasihi oleh yang empunya suara tersebut. Walau penulis injil
tidak menyatakan secara jelas bahwa yang empunya suara yang turun
dari langit itu adalah suara Tuhan, namun para pembaca pasti langsung
memahami bahwa suara itu merupakan bentuk kehadiran Allah Bapa, dan
bahwa di sungai Yordan di saat pembaptisan Yesus tersebut Allah
menyatakan diri sebagai Allah yang satu dalam tiga peribadi, Allah
yang Trinitas, Allah yang Tritunggal. Pada kesempatan itu realtas
Allah yang paradoks yakni Allah yang tiga tapi esa dinyatakan kepada
manusia. Aku yakin kita semua tahu tentang hal ini. Karena itu saya
tidak merasa perlu untuk mengulangi apa yang telah kita ketahui
bersama.

Saya ingin menghantar pembaca untuk mencoba membandingkan bagaimana
ketiga penginjil mempresentasikan kisah pembaptisan Yesus. Kalau
dibaca secara teliti tentang kisah pembaptisan Yesus dalam injil
sinoptik, maka akan kelihatan beberapa perbedaan. Walau saya yakin
ada banyak perbedaan, namun saya ingin memusatkan perhatian pada hal
berikut; Apa reaksi para pengikut Kristus pada abad pertama (gereja
awal) terhadap kenyataan bahwa Yesus dipermandikan oleh Yohanes?

Setelah peristiwa paskah, para pengikut Kristus melihat semua
peristiwa yang terjadi selama masa hidup Yesus dengan cara pandang
yang baru. Hal yang mungkin sangat sederhana yang pernah dilakukan
Yesus selama hidupnya kini diberi arti baru. Kata-kata yang pernah
dikatakan Yesus kini perlahan-lahan diingat kembali dan dihubungkan
dengan ayat-ayat yang diambil dari ramalan para nabi dalam Perjanjian
Lama. Perlahan-lahan mereka melihat bahwa anak tukang kayu dari
Nazareth itu kini setelah peristiwa paskah menjadi inti pewartaan
mereka, menjadi pusat teologi mereka. Perlahan-lahan mereka melihat
bahwa Yesus bukan hanya seorang manusia biasa tetapi adalah Anak
Allah. Perlahan-lahan pula Yesus yang manusia ditinggikan, dimulakan
dan dipuja sbagai Allah. Bagaimana proses peralihan dari anak tukang
kayu Nazareth ini menjadi seorang yang duduk di tahta Kerajaan
Surgawi dan kelak akan mengadili umat manusia? Tentu saja kita yakin
bahwa pemahaman baru yang kini dimiliki oleh gereja perdana merupakan
hasil inspirasi Roh Kudus, bahwa Roh Kudus memampukan mereka untuk
melihat dengan mata baru, untuk melihat kenyataan Yesus yang
melampaui fakta dan kenyataan duniawi. Roh Kudus memampukan mereka
melihat bahwa dalam diri Yesus terungkaplah kenyataan diri Allah.

Apa hubungan hal ini dengan pembaptisan Yesus oleh Yohanes? Dengan
terlahirnya konsep teologis dari umat gereja awal terhadap Yesus yang
bangkit dan dipuja sebagai Allah, terlahir pulalah pertentangan di
antara mereka tentang relasi antara Yesus dengan Yohanes Pembaptis.
Markus (injil yang paling tua) secara singkat (hanya 3 ayat) dan to
the point menyatakan bahwa Yesus dipermandikan oleh Yohanes (Mark 1:9-
11). Kenyataan yang ditulis oleh Markus ini tidak diterima oleh
banyak umat gereja awal, karena dengan demikian Yesus yang dipuja
sebagai Allah itu nampak inferior dalam relasinya dengan Yohanes yang
hanyalah seorang nabi biasa. Karena menurut pandangan umat gereja
awal, kuasa dan kebijaksanaan dari seorang pembaptis akan disalurkan
lewat ritus pembaptisan kepada orang yang dibaptis. Hal ini nampak
jelas dalam perpecahan yang dialami umat di Korintus (1 Kor 1:10-17).
Mereka terpecah belah karena mereka dibaptis oleh orang yang berbeda
(oleh Paulus, Kefas dan Apollos). Ketiga orang ini dipandang telah
menurunkan kuasa dan kebijaksanaan yang berbeda kepada orang yang
telah mereka permandikan. Konsekuensinya, mereka yang dibaptis itu
menganggap diri berada di bawah kuasa dari orang yang membaptis
mereka. Yang dibaptis berada dalam posisi inferior terhadap yang
membaptis. The baptized are inferior to the one who baptizes them;
the baptizer is superior to those baptized.

Konsep ini mempengaruhi bagaimana mereka melihat relasi antara Yesus
dengan Yohanes Pembaptis. Kalau Yesus dibaptis oleh Yohanes, ini
berarti Yesus berada dalam posisi inferior terhadap Yohanes, hal mana
sulit diterima oleh umat gereja awal. Ketika Mattius menulis
injilnya, ia menggunakan injil tertua, injil Markus sebagai
referensinya, dan pada saat yang sama ia harus berhadapan dengan
masyalah yang sedang beredar dalam komunitas gereja awal tentang
relasi antara Yesus dengan Yohanes pembaptis. Matteus pada satu sisi
berusaha mempertahankan kenyataan bahwa Yesus dipermandikan oleh
Yohanes, dan pada sisi lain berusaha menjelaskan bahwa Yesus tidak
berada pada posisi inferior, posisi yang lebih rendah dari pada
Yohanes. Untuk memenuhi tujuan ini, Mattius memasukan dialog antara
Yohanes dan Yesus sebelum permandian, di mana Yohanes, demikian
dilukiskan oleh Mattius, berusaha untuk menolak membaptis Yesus
karena merasa diri tidak layak. Mattius dalam injilnya berusaha
menyatakan bahwa Yesus sama sekali tidak inferior terhadap Yohanes,
tetapi Yohaneslah yang merasa lebih rendah dari pada Yesus. Yohanes
akhirnya mempermandikan Yesus setelah diperkenankan oleh Yesus demi
menggenapi kehendak Allah. Dengan demikian Mattius secara indah
menjawabi problema yang dihadapi gereja awal tentang hubungan antara
Yesus dengan Yohanes Pembaptis.

Berbeda dengan Mattius, Lukas (walaupun juga menggunakan injil Markus
sebagai referensi penulisan injilnya) menempuh jalan lain dalam
mempresentasikan peristiwa pembaptisan Yesus (Luk 3:21-22). Untuk
menghindari pertentangan dalam relasi antara Yohanes dan Yesus, Lukas
menolak untuk menyebut nama Yohanes. Bahkan menurut Lukas, Yesus
dipermandikan setelah Yohanes dimasukan ke dalam penjara oleh Herodes
(Antipas) (Luk 3:20). Nama orang yang mempermandikan Yesus sengaja
tidak disebut oleh Lukas.

Telah kita melihat bersama sisi lain dari kisah permandian Yesus
serta bagaimana umat gereja awal melihat relasi antara Yesus dan
Yohanes pembaptis. Pemahaman mereka mempengaruhi bagaimana Mattius
dan Lukas mempresentasikan peristiwa yang sama dalam injil mereka.
Dari injil Mattius kita melihat bagaimana Yesus dengan rela menerima
pembaptisan Yohanes, walaupun mungkin dia tahu dengan cara demikian
ia menjadikan dirinya lebih rendah dari pada Yohanes. Walau demikian
dia juga tahu bahwa dengan berbuat demikian ia menggenapi rencana
Allah. Apakah kita juga rela dipandang rendah, dipandang inferior,
dipandang tidak berarti demi menggenapi rencana Allah? Atau
mungkinkah kita senantiasa berusaha tampak besar, gagah perkasa,
tampak smart sambil melalaikan rencana Allah atas diri kita, atas
komunitas kita dan atas dunia kita?

Selamat merayakan pesta pembaptisan Tuhan!
Fr.Tars Sigho, SVD
Saat ini study Kitab Suci di Catholic Uniao-Chicago-USA

Yesus di Baptis di Sungai Yourdan